Biografi Muhammad bin Abdullah sebagai Pedagang
Pada: June 25, 2013
Muhammad bin Abdullah secara sempurna. Hal ini senada dengan pendapat Mohammed Arkoun yang menyatakan bahwa mendekati kepribadian Muhammad adalah sesulit dan se-kontroversi mendekati al-Quran itu sendiri.
Penyair Bushiri tersebut memberi kesimpulan bahwa seeorang tidak mungkin menjangkau dan menguraikan tentang riwayat
Meskipun demikian, dalam menjelaskan biografi dan sejarah bisnis Muhammad penulis tetap berusaha semaksimal mungkin. Kelahiran Muhammad dari kalangan terhormat tidak sama dengan keadaan perekonomian, karena pada saat Muhammad lahir keadaan keluarga dalam kondisi yang relatif miskin. Dia tinggal bersama keluarga selama enam tahun dan mengalami kehidupan nomaden yang amat sulit.
Ketika dibawa ke Makkah, dalam perjalanan itulah ibunya meninggal dunia. Kesedihan mendalam inilah yang menjadikan Muhammad kemudian tumbuh sebagai pribadi yang mandiri dan peduli dengan yatim piatu. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dirawat kakek dari garis ayah, yaitu Abdul Mutholib.
Kakeknya adalah orang yang masih diperhitungkan, dia tetap diakui sebagai ketua kabilah Bani Hasyim dari suku Quraisy, meski pada saat itu dia sudah tidak dapat berpergian bersama kafilah-kafilah. Bersama kakeknya Muhammad hidup dengan penuh limpahan kasih sayang, orang tua bijaksana inilah yang memimpin pemburuan ketika Muhammad kecil tersesat di labirin lorong-lorong Makkah, dan ditemukan ketika Muhammad sedang menyusuri jalan di kota atas.
Sejak saat itulah dalam usia yang masih kecil, delapan tahun, Muhammad belajar menjadi bisnisman, beliau belajar hidup mandiri untuk meringankan beban pamannya dan juga untuk kebutuhannya dengan menggembala kambing penduduk Arab di padang pasir.
Muhammad mempunyai tanggung jawab ratusan ekor kambing yang dipercayakan kepadanya. Menggembala kambing tidak semudah yang dibayangkan banyak orang, jangan memandang remeh pekerjaan ini, kambing memiliki bau apek, kotor dan tidak gampang mengikuti perintah meskipun dipukul dengan keras. Pada masa ini Muhammad sudah masuk pada tahap awal dunia dewasa pedagang Makkah, pertama-tama dan terutama harus belajar tentang perawatan dan penangkaran unta.
Sebagian dari upaya ini bersifat instingtif, sesuatu yang sudah dia dengar dan dia lihat sepanjang hidupnya. Hal-hal teknis menjadi pelajaran penting, bagaimana mengikat tali binatang buas pengembara itu pada malam hari, bagaimana perlahan-lahan menyapih unta muda dari induknya, bagaimana mengikat tali pelana, dan bagaimana cara terbaik menaikkan beban ke badan unta agar tidak merasa kesakitan.
Pada tahap selanjutnya, Muhammad masuk pada tahap magang masa mudanya. Manajemen unta menjadi lahan untuk masa magang tersebut. Di sini Muhammad harus belajar tentang peta dan menandai rute-rute perdagangan di wilayah padang pasir Arabia. Dia harus mempelajari jalan dimana mengalami penyempitan dan di jalan mana pula yang hanya bisa dilewati satu barisan.
Muhammad juga harus belajar bahwa ukuran kafilah juga ikut menentukan rute mana yang harus dipilih, semakin besar kafilah semakin aman jalannya melewati padang pasir.
Pengalaman alamiah di atas harus secepat mungkin Muhammad pelajari untuk bisa bertahan dari pedagang lain dalam menjalankan kafilah¬kafilah Arabian kuno. Muhammad belajar dengan cepat dan menunjukkan kepiwaiannya dalam menghadapi berbagai masalah, sehingga pada usia 12 tahun Muhammad melakukan perjalanan dagang pertamanya bersama Abu Taholib pamannya.
Ada sumber lain yang mengatakan usia Muhammad sembilan tahun dalam menyertai perjalanan Abu Thalib dari Makkah ke Syria. Perjalanan dagang bersama Abu Thalib menjadi pelajaran sangat berharga bagi Muhammad, di sini ia harus mempelajari setiap seluk-beluk perdagangan. Dia juga harus belajar tentang hierarki kekayaan. Muhammad belajar ini semua dari pamannya dengan diskusi dalam perjalanan dagangnya.
Tahap selanjutnya bagi pedagang muda Quraisy Makkah adalah mengenal barang-barang yang akan diperdagangkan, komoditas pertama perdagangan pedagang Arabia adalah pertukaran sederhana produk masyarakat nomaden dengan produk pertanian masyarakat yang mapan.
Komoditas keduanya adalah kulit, kulit dapat diambil dengan murah dari Baduwi sepanjang tahun dan kemudian dipak untuk perjalanan panjang ke kota-kota kecil Syria dan Irak. Dupa menjadi unsur ketiga dalam komoditas perdagangan, dupa adalah barang dagangan kafilah yang paling menguntungkan.
Untuk menjadi pedagang yang efektif dan sukses Muhammad harus menguasai seluk beluk pasar barang di atas. Rupanya, perjalanan Muhammad dengan pamannya ke Syria, Jordan dan Lebanon ditangkap dengan cukup cerdas olehnya bahwa bisnis yang berkembang pesat di sana adalah perdagangan. Sebab secara geologis tanah di Makkah memang tidak cocok untuk bercocok tanam. Maka, peluang menjadi pengusaha menjadi lebih besar dari pada menjadi petani. Kejelian inilah yang membuat Muhammad menekuni bidang perdagangan.
Muhammad dikenal karena kejujuran dan integritasnya, penduduk Makkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Siddiq (jujur) dan Amin (terpercaya). Dengan demikian terbuka kesempatan luas bagi Muhammad untuk memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan cara kerjasama antara pemodal dan Muhammad menjadi pengelola modal atau bagi hasil sebagai mitra kerja, maupun dengan upah atas jasa yang telah dia berikan.
Salah satu dari janda kaya yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen berdasarkan berbagai kontrak tersebut adalah khadijah, seorang wanita konglomerat terkenal di Makkah. Melihat pengakuan dari mitra-mitra kerja Muhammad bahwa ia adalah orang yang jujur dan profesional, dan matang dan lurus dalam perhitung-hitungannya. Kemudian menumbuhkan kepercayaan Khadijah untuk bermitra dengan Muhammad.
Abu Thalib yang sudah melihat bakat berbisnis dalam diri Muhammad langsung mempromosikan keponakannya kepada Khadijah sebagai manajer bisnisnya dengan memperoleh gaji dua kali lipat dibanding gaji awal yang ditawarkan Khadijah. Awal kerjasama dagang Muhammad dengan Khadijah dimulai dengan perjalanan dia dengan modal dari Khadijah ke berbagai perjalanan dagang ke pasar utara dan selatan.
Sebagai seorang mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan bagi Khadijah, Muhammad diberi upah atas jasa tersebut. Dan terkadang pula berdasarkan bagi hasil atas hasil dagangnya sebagai mitra dagang.
Afzalurrahman menerangkan, selanjutnya Muhammad banyak melakukan perjalanan dagang dengan modal dari Khadijah. Salah satu perjalanan ini menjadi sangat terkenal sebab pada akhirnya Khadijah melayangkan usulan untuk menikah dengan Muhammad melalui pembantunya, Maesaroh. Tepatnya adalah pada perjalanan ke Busra di Syria. Keterangan mendetail mengenai ini terdapat dalam kitab-kitab hadits, tarikh, dan sirah.
Beberapa keterangan sudah penulis ungkapkan di atas, dan semuanya menjadikan kita yakin akan sebuah kebenaran bahwa Muhammad sudah sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi seorang pedagang besar. Dengan pengalaman sebagai penggembala tentunya Muhammad sudah memacu semangatnya untuk kelak menjadi pedagang yang lebih sukses.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000). Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer, Menuju Dialog Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). Munir Che Anam, Muhammad saw dan Karl Marx, Tentang Masyarakat Tanpa Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Yogyakarta: Diglossia, 2006). Ahmad al Usairy, Sejarah Islam; Sejak Zaman Nabi Adam hingga abad XX, (Jakarta: Medi Grafika, 2003). Malahayati, Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah, (Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2010).
Penyair Bushiri tersebut memberi kesimpulan bahwa seeorang tidak mungkin menjangkau dan menguraikan tentang riwayat
Meskipun demikian, dalam menjelaskan biografi dan sejarah bisnis Muhammad penulis tetap berusaha semaksimal mungkin. Kelahiran Muhammad dari kalangan terhormat tidak sama dengan keadaan perekonomian, karena pada saat Muhammad lahir keadaan keluarga dalam kondisi yang relatif miskin. Dia tinggal bersama keluarga selama enam tahun dan mengalami kehidupan nomaden yang amat sulit.
Ketika dibawa ke Makkah, dalam perjalanan itulah ibunya meninggal dunia. Kesedihan mendalam inilah yang menjadikan Muhammad kemudian tumbuh sebagai pribadi yang mandiri dan peduli dengan yatim piatu. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dirawat kakek dari garis ayah, yaitu Abdul Mutholib.
Kakeknya adalah orang yang masih diperhitungkan, dia tetap diakui sebagai ketua kabilah Bani Hasyim dari suku Quraisy, meski pada saat itu dia sudah tidak dapat berpergian bersama kafilah-kafilah. Bersama kakeknya Muhammad hidup dengan penuh limpahan kasih sayang, orang tua bijaksana inilah yang memimpin pemburuan ketika Muhammad kecil tersesat di labirin lorong-lorong Makkah, dan ditemukan ketika Muhammad sedang menyusuri jalan di kota atas.
Sejak saat itulah dalam usia yang masih kecil, delapan tahun, Muhammad belajar menjadi bisnisman, beliau belajar hidup mandiri untuk meringankan beban pamannya dan juga untuk kebutuhannya dengan menggembala kambing penduduk Arab di padang pasir.
Muhammad mempunyai tanggung jawab ratusan ekor kambing yang dipercayakan kepadanya. Menggembala kambing tidak semudah yang dibayangkan banyak orang, jangan memandang remeh pekerjaan ini, kambing memiliki bau apek, kotor dan tidak gampang mengikuti perintah meskipun dipukul dengan keras. Pada masa ini Muhammad sudah masuk pada tahap awal dunia dewasa pedagang Makkah, pertama-tama dan terutama harus belajar tentang perawatan dan penangkaran unta.
Sebagian dari upaya ini bersifat instingtif, sesuatu yang sudah dia dengar dan dia lihat sepanjang hidupnya. Hal-hal teknis menjadi pelajaran penting, bagaimana mengikat tali binatang buas pengembara itu pada malam hari, bagaimana perlahan-lahan menyapih unta muda dari induknya, bagaimana mengikat tali pelana, dan bagaimana cara terbaik menaikkan beban ke badan unta agar tidak merasa kesakitan.
Pada tahap selanjutnya, Muhammad masuk pada tahap magang masa mudanya. Manajemen unta menjadi lahan untuk masa magang tersebut. Di sini Muhammad harus belajar tentang peta dan menandai rute-rute perdagangan di wilayah padang pasir Arabia. Dia harus mempelajari jalan dimana mengalami penyempitan dan di jalan mana pula yang hanya bisa dilewati satu barisan.
Muhammad juga harus belajar bahwa ukuran kafilah juga ikut menentukan rute mana yang harus dipilih, semakin besar kafilah semakin aman jalannya melewati padang pasir.
Pengalaman alamiah di atas harus secepat mungkin Muhammad pelajari untuk bisa bertahan dari pedagang lain dalam menjalankan kafilah¬kafilah Arabian kuno. Muhammad belajar dengan cepat dan menunjukkan kepiwaiannya dalam menghadapi berbagai masalah, sehingga pada usia 12 tahun Muhammad melakukan perjalanan dagang pertamanya bersama Abu Taholib pamannya.
Ada sumber lain yang mengatakan usia Muhammad sembilan tahun dalam menyertai perjalanan Abu Thalib dari Makkah ke Syria. Perjalanan dagang bersama Abu Thalib menjadi pelajaran sangat berharga bagi Muhammad, di sini ia harus mempelajari setiap seluk-beluk perdagangan. Dia juga harus belajar tentang hierarki kekayaan. Muhammad belajar ini semua dari pamannya dengan diskusi dalam perjalanan dagangnya.
Tahap selanjutnya bagi pedagang muda Quraisy Makkah adalah mengenal barang-barang yang akan diperdagangkan, komoditas pertama perdagangan pedagang Arabia adalah pertukaran sederhana produk masyarakat nomaden dengan produk pertanian masyarakat yang mapan.
Komoditas keduanya adalah kulit, kulit dapat diambil dengan murah dari Baduwi sepanjang tahun dan kemudian dipak untuk perjalanan panjang ke kota-kota kecil Syria dan Irak. Dupa menjadi unsur ketiga dalam komoditas perdagangan, dupa adalah barang dagangan kafilah yang paling menguntungkan.
Untuk menjadi pedagang yang efektif dan sukses Muhammad harus menguasai seluk beluk pasar barang di atas. Rupanya, perjalanan Muhammad dengan pamannya ke Syria, Jordan dan Lebanon ditangkap dengan cukup cerdas olehnya bahwa bisnis yang berkembang pesat di sana adalah perdagangan. Sebab secara geologis tanah di Makkah memang tidak cocok untuk bercocok tanam. Maka, peluang menjadi pengusaha menjadi lebih besar dari pada menjadi petani. Kejelian inilah yang membuat Muhammad menekuni bidang perdagangan.
Muhammad dikenal karena kejujuran dan integritasnya, penduduk Makkah sendiri memanggilnya dengan sebutan Siddiq (jujur) dan Amin (terpercaya). Dengan demikian terbuka kesempatan luas bagi Muhammad untuk memasuki dunia bisnis dengan cara menjalankan modal orang lain, baik dengan cara kerjasama antara pemodal dan Muhammad menjadi pengelola modal atau bagi hasil sebagai mitra kerja, maupun dengan upah atas jasa yang telah dia berikan.
Salah satu dari janda kaya yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen berdasarkan berbagai kontrak tersebut adalah khadijah, seorang wanita konglomerat terkenal di Makkah. Melihat pengakuan dari mitra-mitra kerja Muhammad bahwa ia adalah orang yang jujur dan profesional, dan matang dan lurus dalam perhitung-hitungannya. Kemudian menumbuhkan kepercayaan Khadijah untuk bermitra dengan Muhammad.
Abu Thalib yang sudah melihat bakat berbisnis dalam diri Muhammad langsung mempromosikan keponakannya kepada Khadijah sebagai manajer bisnisnya dengan memperoleh gaji dua kali lipat dibanding gaji awal yang ditawarkan Khadijah. Awal kerjasama dagang Muhammad dengan Khadijah dimulai dengan perjalanan dia dengan modal dari Khadijah ke berbagai perjalanan dagang ke pasar utara dan selatan.
Sebagai seorang mitra yang dapat dipercaya dan menguntungkan bagi Khadijah, Muhammad diberi upah atas jasa tersebut. Dan terkadang pula berdasarkan bagi hasil atas hasil dagangnya sebagai mitra dagang.
Afzalurrahman menerangkan, selanjutnya Muhammad banyak melakukan perjalanan dagang dengan modal dari Khadijah. Salah satu perjalanan ini menjadi sangat terkenal sebab pada akhirnya Khadijah melayangkan usulan untuk menikah dengan Muhammad melalui pembantunya, Maesaroh. Tepatnya adalah pada perjalanan ke Busra di Syria. Keterangan mendetail mengenai ini terdapat dalam kitab-kitab hadits, tarikh, dan sirah.
Beberapa keterangan sudah penulis ungkapkan di atas, dan semuanya menjadikan kita yakin akan sebuah kebenaran bahwa Muhammad sudah sejak kecil dibesarkan dalam lingkungan yang mendukungnya untuk menjadi seorang pedagang besar. Dengan pengalaman sebagai penggembala tentunya Muhammad sudah memacu semangatnya untuk kelak menjadi pedagang yang lebih sukses.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: Afzalurrahman, Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, (Jakarta: Yayasan Swarna Bhumy, 2000). Mohammed Arkoun, Islam Kontemporer, Menuju Dialog Antar Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001). Munir Che Anam, Muhammad saw dan Karl Marx, Tentang Masyarakat Tanpa Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008). Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Yogyakarta: Diglossia, 2006). Ahmad al Usairy, Sejarah Islam; Sejak Zaman Nabi Adam hingga abad XX, (Jakarta: Medi Grafika, 2003). Malahayati, Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah, (Yogyakarta: Jogja Great Publisher, 2010).