Dimensi Kemanusiaan dalam Konseling
Pada: June 01, 2013
Untuk mengetahui manusia menurut teori konseling, maka penting mengetahui secara singkat dimensi-dimensi kemanusiaan yang memegang peranan penting dalam kegiatan konseling. Dimensi-dimensi kemanusiaan tersebut adalah:
Dimensi Individual
Manusia diciptakan oleh Tuhan memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikophisik individu yang menentukan tingkah laku dan pikiran yang unik terhadap lingkungan. Para sosiolog membagi tipe kepribadian manusia berdasarkan konstitusi psikis, fisik bahkan sampai berdasarkan kebudayaan.
Pengetahuan yang baik tentang kepribadian penting artinya dalam kegiatan konseling karena hal inilah yang harus dipahami lebih dahulu oleh konselor sebagai langkah awal pemberian bantuan.
Teori konseling Trait and Factor memberikan tempat istimewa bagi dimensi individualitas ini. Kepribadian sseorang merupakan suatu sistem sifat dan faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya seperti kecakapan, minat dan sikap. Tugas konseling ini adalah membantu individu dalam memperoleh kemajuan memahami dan mengelola diri dengan cara membantunya menilai kekuatan dan kelemahan diri dalam kegiatan untuk mencapai kemajuan tujuan hidup dan karir.
Dimensi Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya senantiasa menjalin interaksi dengan orang lain. Dimensi sosial ini akan nampak terlihat jelas dalam teori konseling behavioristik yang menganggap perilaku manusia sebagai hasil belajar dari lingkungan dimana ia tinggal. Konseling individual Adler juga memperlihatkan dimensi ini dengan berasumsi bahwa manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh inferiority complex sehingga ia selalu berkompetisi dalam melakukan interaksi sosial untuk mencapai keunggulan.
Dimensi Kesusilaan
Manusia dalam mengembangkan dimensi individual dan dimensi sosial memerlukan norma dan etika yang mengatur bagaimana agar kedua dimensi berjalan seimbang. Dimensi kesusilaan ini merupakan pemersatu, sehingga dimensi individual dan sosial dapat bertemu dalam satu kesatuan yang penuh makna apabila ketiga dimensi ini berkembang secara optimal manusia dapat mencapai taraf kebudayaan tinggi dan menguasai teknologi tercanggih sekalipun.
Selain itu, dimensi kesusilaan baik secara langsung atau tidak langsung juga mendapat perhatian dari beberapa teori konseling. Teori individual misalnya mengakui bahwa kecemasan yang melanda seseorang terjadi apabila dalam konsentrasi mencapai superioritas pribadi tidak memperhatikan kebutuhan orang lain. Atau dalam psikoanalisa Freud, manusia dapat mengalami keemasan neurotik, yaitu kecemasan karena tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan ia melakukan tindakan yang melanggar hokum.
Dimensi Keagamaan
Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga makhluk religius. Pengembangan tiga dimensi terdahulu belum menyentuh kebutuhan manusia akan nilai-nilai agama yang dibutuhkan bagi kehidupan di akhirat kelak. Kehidupan manusia yang lengkap adalah kehidupan yang mampu menjangkau dua bentuk kehidupan, yaitu sekarang dan mendatang.
Kajian konseling barat pada mulanya belum mampu menjangkau dimensi terdalam manusia yaitu spiritualitas atau keagamaan. Meskipun Victor Frankl pencetus logoterapi berhasil mengungkap dimensi ini, namun tidak mengandung konotasi ketuhanan, tetapi lebih pada kualitas khas insani.
Dalam perkembangannya dimensi keberagamaan mendapat tempat penting bagi konselor dengan munculnya Spiritual Wellness In Counseling.
Dengan memperhatikan keempat dimensi di atas manusia diharapkan mampu mencapai derajat keutuhan sesuai dengan penciptaan sebagai makhluk yang indah, tidak saja menguasai teknologi tetapi juga memahami dan mengamalkan ajaran agamanya.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Hanna Djuana Bastaman, Dari Astrhoposentris Menuju Antrhopo – Religiosentris Telaah Kritis Psikologi Humanistik Dalam Fuad Anshori, (SII Press Yogyakarta, 1994).Brata Sumadi Surya, Psikologi Kepribadian, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001). Surya, M. Dasar-Dasar Konseling Pendidikan; Teori dan Praktek, (Kota Kembang, Yogyakarta, 1998). Surya, M. Teori Konseling, (Pusrtaka Bani Qurasy, Bandung, 2003).