Hubungan Psiko-neurologi dan Kesehatan
Pada: June 12, 2013
Psiko-neurologi dalam hubungannya dengan kesehatan pada referensi ini lebih berorientasi pada bagaimana saraf berkaitan dengan kestabilan jiwa. James Leuba, psikolog yang paling memusuhi agama tradisional, pun menyimpulkan bahwa pengalaman mistik dapat dijelaskan lewat prinsip-prinsip pokok psikologi (ilmu jiwa) dan fisiologis (perilaku lahir yang berelevansi dengan jiwa) baginya, fenomena mistik secara dramatis adalah proses patologis, termasuk epilepsi, histeria, neurosastenia, dan intoksikasi narkotis. Menurutnya pernyataan kaum mistikus setelah pengalaman keagamaan bersifat naïf dan khayal.
Sebenarnya penyimpulan James Leuba dalam hal ini hanya sekedar masukan yang penulis sisipkan untuk menunjukkan di antara sedikitnya sample para psikolog Barat klasik yang berkecenderungan sangat behavioral, padahal ada yang luput dari pencermatan para psikolog tradisional yakni hanya memutar realitas pada tingkat kulit bukan ke dalam realitasnya sehingga kebenaran menjadi timpang sebagaimana opini James Leuba.
Hubungan psiko-neurologi dan kesehatan secara eksplisit mengikat pada bagaimana manusia secara lahir dan batin dapat dideteksi sebagai suatu keseimbangan sinyal yang ada dan berharmoni. fisik membatasi hampir pada bidang manifestasi fisika semata sementara psikologi memasukkannya pada manisfestasi-manifestasi ruhani manusia secara lebih luas, dan metode-metode dari psikoneuroimunologi sangat efektif dalam hal ini untuk disambungkan.
Sebagaimana di bawah pengawasan Hazrat Pir metode tersebut kemudian dipadu dengan tehnik-tehnik lainnya dengan landasan spiritual. Bahkan telah dikembangkan pula dalam membantu penderita AIDS untuk tetap sehat. Sehat dalam kaitannya dengan neurologi dapat dicontohkan semacam sel-sel baru yang lebih sehat dan peka sedangkan posisi di bawahnya adalah sel-sel yang lemah (kecapaian). Kepekaan dan keakuratan dalam aksi dan reaksi keduanya adalah jelas berbeda.
Psiko-neurologi dan kesehatan adalah alat bantu manusia untuk melihat dirinya dari sisi sistem saraf dan rutenya ketika menemukan suatu kedamaian jiwa. Manusia secara eksistensial memiliki talenta luhur sebagai suatu kekhasannya. Penelitian membandingkan otak manusia dan otak berbagai binatang secara struktural berbeda pada korteks asosiatif-nya yang menduduki daerah antar berbagai korteks perseptif primer. Fungsi luhur ini bagi manusia mencakup aktifitas yang memiliki hubungan kebudayaan, bahasa, ingatan, dan pengertian. Fungsi luhur berkembang melalui mekanisme neural yang memungkinkan penyadaran dan pengenalan segala yang berasal dari luar dirinya menjadi pengalaman miliknya yang dapat dimanfaatkan untuk mengekspresikan dirinya ke dunia luar secara kuat.
Secara jelas hubungan psiko-neurologi dan kesehatan, merupakan satu mediasi yang akan membangun homeostasis atau mekanisme umpan balik yakni terjadinya pertahanan dari reaksi secara berlebihan menuju penormalan. Hal ini disebabkan adanya gejala kesadaran dan reaksi yang sangat sadar sehingga melalui kesadaran itu baru menuju kesadaran yang lebih tinggi.
Adapun hakikat gangguan derajat kesadaran adalah soal input sensorik kedua hemisferium, terutama yang ditentukan oleh keutuhan susunan asendens difus. Sedangkan kualitas kesadaraan adalah modalitas kesadaran yang dilandaskan pada derajat kesadaran yang optimal. Maka jelas jika kualitas kesadaran ditentukan oleh pengolahan integratif input sensorik difus (melalui sistem asendens difus) dan input sensorik spesifik (melalui jaras spinotalamikus).
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta, Neurologi Klinis Dasar, (Jakarta: Dian Rakyat, 2004). Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar, Bandung: Mizan, 2004).