Kedudukan Imam Gereja Katolik
Pada: June 15, 2013
Secara teologis, Gereja mengajarkan bahwa imamat adalah sebuah perangkat gereja yang mengikuti hidup dan karya Yesus Kristus.
Para imam gereja sebagai pelayan sakramen bekerja In Persona Christi, yaitu dalam diri manusia Kristus. Oleh sebab itu kehidupan para imam mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak menikah demi Kerajaan Allah.
Dan untuk mengikuti teladan Yesus Kristus yang “menikah” dengan Gereja yang dipandang oleh paham Katolik dan banyak tradisi Kristiani lainnya sebagai “Mempelai Kristus.” Bersama dan dalam Yesus seorang imam dipanggil berfungsi sebagai kepala Tubuh, di tengah orang yang diserahkan kepada pelayanannya.
Dokumen-dokumen gereja berbicara tentang panggilan imam untuk “bertindak demi nama Kristus” bukan itu saja, melainkan lebih khusus bertindak sebagai “pelayan kepala”. Lalu sebagai Putra Allah, Yesus menampakkan kepada dunia suatu cinta yang tak terbatas dan penuh daya cipta.
Seorang imam sebagai “Pelayan Kepala” berpartisipasi secara khusus dalam peranan sebagai pengantar universal yesus, antara Allah dengan manusia. Kehidupannya ditandai dengan panggilan ini.
Ia diperbolehkan menampakkan rupa cinta Allah, yang mencari semua dan menyerahkan diri kepada semua, dan demikian juga rupa cinta kepada Allah, yang merangkul kepada semua. Inilah cinta, yang tidak memilih pertama-tama satu orang atas dasar pilihan dan kemauan sendiri, dan yang juga tidak mengucilkan satu orang karena sendiri tidak sanggup atau benci.
Selibat imam menampakkan kekatolikan panggilan imam. Demikian imam diperbolehkan berdiri di altar tempat ia menghayati imamat sakramentalnya dalam intensitas yang utama. Kepadanya telah dipercayakan Tubuh Tuhan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: https://id.wikipedia.org/wiki/Selibat_Rohaniawan_Katolik H. Van Der Looy, SSS. Selibat Para Imam, (Flores: N usa Indah, 1996).
Para imam gereja sebagai pelayan sakramen bekerja In Persona Christi, yaitu dalam diri manusia Kristus. Oleh sebab itu kehidupan para imam mengikuti kesucian Kristus sendiri. Pengorbanan untuk tidak menikah demi Kerajaan Allah.
Dan untuk mengikuti teladan Yesus Kristus yang “menikah” dengan Gereja yang dipandang oleh paham Katolik dan banyak tradisi Kristiani lainnya sebagai “Mempelai Kristus.” Bersama dan dalam Yesus seorang imam dipanggil berfungsi sebagai kepala Tubuh, di tengah orang yang diserahkan kepada pelayanannya.
Dokumen-dokumen gereja berbicara tentang panggilan imam untuk “bertindak demi nama Kristus” bukan itu saja, melainkan lebih khusus bertindak sebagai “pelayan kepala”. Lalu sebagai Putra Allah, Yesus menampakkan kepada dunia suatu cinta yang tak terbatas dan penuh daya cipta.
Seorang imam sebagai “Pelayan Kepala” berpartisipasi secara khusus dalam peranan sebagai pengantar universal yesus, antara Allah dengan manusia. Kehidupannya ditandai dengan panggilan ini.
Ia diperbolehkan menampakkan rupa cinta Allah, yang mencari semua dan menyerahkan diri kepada semua, dan demikian juga rupa cinta kepada Allah, yang merangkul kepada semua. Inilah cinta, yang tidak memilih pertama-tama satu orang atas dasar pilihan dan kemauan sendiri, dan yang juga tidak mengucilkan satu orang karena sendiri tidak sanggup atau benci.
Selibat imam menampakkan kekatolikan panggilan imam. Demikian imam diperbolehkan berdiri di altar tempat ia menghayati imamat sakramentalnya dalam intensitas yang utama. Kepadanya telah dipercayakan Tubuh Tuhan.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: https://id.wikipedia.org/wiki/Selibat_Rohaniawan_Katolik H. Van Der Looy, SSS. Selibat Para Imam, (Flores: N usa Indah, 1996).