Hubungan Dzikir dan Meditasi dalam Islam
Pada: November 09, 2013
Dzikir secara bahasa bermakna ganda, bisa menyebut dan bisa pula mengingat. Meditasi dan dzikir dalam arti mengingat tentu hubungannya adalah sikap konsentrasi. Di dalamnya terdapat renungan, memikirkan, melihat pikiran yang bertujuan sampai kepada yang Maha Pencipta.
Namun jika dzikir diartikan sebagai menyebut asma Allah, maka hubungannya adalah penyatuan antara konsentrasi ingatan dengan penyebutan. Dengan penyebutan akan membawa pada ingatan yang terkontrol dan tepat.
Mengingat dan menyebut Allah dalam shalat, dari takbir hingga salam full merupakan aktifitas dzikir. Agar dzikir kita tersebut bermakna, maka seorang yang melakukan dzikir harus bisa menghadirkan dalam konsentrasinya yang Maha Pencipta. Dalam kewajiban mendirikan shalat terdapat dzikir pada setiap kalimat atau gerakan-gerakan shalat yang sedang kita jalani, dan hal ini juga terkait dengan meditasi.
Dalam Islam, shalat adalah salah satu ibadah yang berkaitan dengan meditasi transendental, yaitu mengarahkan jiwa kepada satu obyek dalam waktu beberapa saat, seperti halnya dalam melakukan hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya. Ketika shalat, rohani bergerak menuju Zat Yang Maha Mutlak. Pikiran terlepas dari keadaan riil dan panca indra melepaskan diri dari segala macam keruwetan peristiwa disekitarnya, termasuk keterikatannya terhadap sensasi tubuhnya seperti rasa sedih, gelisah, rasa cemas dan lelah. Bentuk perjalanan kejiwaan dalam shalat ini oleh para ahli psikologi disebut sebagai proses untuk memasuki kesadaran psikologi transpersonal.
Setiap pelaku meditasi membutuhkan obyek didalam mengarahkan pikiran atau jiwanya. Pada saat jiwa diarahkan terhadap sesuatu, jiwa pergi meninggalkan tubuh sehingga kesadarannya dengan leluasa berubah menjadi terasa dipuncak ketinggian. Dengan demikian, jiwa menjadi pengendali atas dirinya.
Objek adalah sesuatu yang menjadi pusat perhatian dalam shalat, dzikir, atau meditasi. Jika tidak ada obyek sama sekali maka pikiran manusia akan mengembara kemana-mana. Perintah agama untuk dzikir, kontemplasi, perenungan, meditasi, semedi atau apapun namanya adalah untuk menghilangkan kotoran memori yang ada di dalam diri manusia. Lalu jiwa diisi dengan energi positif yang berupa do’a dan lain-lainnya, sehingga hidup terasa tenang.
Hubungan meditasi dengan dzikir itu sangat erat sekali karena kalau kita hanya melaksanakan meditasi saja mungkin badan atau jasmani kita menjadi kuat tetapi di satu sisi kita hanya melaksanakan perbuatan tersebut tanpa mengingat Allah sebagai yang menciptakan dunia dan seisinya karena rakhmat-Nya sehingga efek yang kita peroleh tidak menyeluruh atau kurang baik, sebab bisa saja kita nanti akan dipengaruhi oleh iblis yang sifatnya menggoda manusia supaya kita menjadi pengikutnya sehingga tanpa sadar kita dapat melaksanakan atau melakukan suatu perbuatan yang dapat menimbulkan suatu efek pada penyakit-penyakit jiwa.
Referensi Makalah®