Riwayat Hidup Drs. H. Andi Burhanuddin Unru, MM, Bupati Wajo Dua Periode
Pada: January 29, 2014
Drs. H. Andi Burhanuddin Unru, MM, Bupati Wajo dua periode (2009-2014 dan 2014-2019), Lahir dari orang tua prajurit yang disiplin, penuh perhatian, cinta kasih dan bersahaja dalam mendidik anak-anaknya, sosok Drs. H. Andi Burhanuddin Unru, MM dengan sapaan akrab Andi Bur, adalah anak ke-2 dari sebelas bersaudara. Lahir di Dusun Salompare, Desa Padaelo, Kecamatan Sajoanging (pasca pemekaran, daerah tersebut masuk dalam wilayah Kecamatan Penrang), pada tanggal 21 Desember 1949.
Sebagaimana umumnya keluarga militer, keluarga Dia menjalani kehidupan sederhana dengan pola pendidikan khas dalam nuansa kedisiplinan tinggi, pola pembentukan mental akurat, dan keteguhan memegang prinsip. Perkembangan sesorang dengan pola kedisiplinan diartikan sebagai belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimipin. Dalam hal ini Andi Bur merupakan murid yang belajar dari orang sosok ayah tentang hidup menuju kearah kehidupan yang berguna dan bahagia di masa mendatang.
Dari kehidupan yang sederhana , bersahaja, dan penuh disiplin tersebutlah yang membentuk sosok Dia menjadi seorang pemimpin yang kuat, tangguh, cerdas, energik, teguh dalam pendirian , semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup dan kehidupan sehingga berbuah sukses. Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa jiwa kepemimpinan sang ayah (Alm H.Andi Unru) yang juga merupakan mantan Bupati Wajo, merupakan sumber inspirasi dalam merajuk dan membentuk jiwa kepemimpinannya.
Selepas dari Sekolah Dasar, dan atas motivasi yang besar dari pamannya, Petta Umar, dia melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya di SMP Negeri di Sengkang. Jenjang Sekolah Menengah Pertama ditamatkan Tahun 1965. Selepas SMP, kecintaan dia terhadap ilmu pengetahuan tergambar dengan jelas. Awalnya, dia duduk di SMA Negeri 1 Sengkang selama dua semester, dan akhirnya memutuskan pindah ke Makassar. Kepindahan dia bermula dari keprihatinan dia dengan kondisi biaya pendidikan. “Bagaimana bisa saya melanjutkan pendidikan, kalau suatu saat Petta Umar tidak mampu lagi membiayaiku, mengingat usianya sudah tidak muda lagi”. Rencana hijrah ke Makassar untuk melanjutkan studi akhirnya disetujui. Keberangkatan dia diantar dengan haru. Ibunya berpesan; “Eh anakku, aja’ mutakkalupa massempajang, sappai decenge, mulisu paineng ri tana Wajo mappideceng”, yang artinya, hai anaku, jangan sekali-kali melupakan shalat, carilah kebaikan, agar suatu saat kamu bisa kembali ke kampung halamanmu (Wajo) untuk berbuat baik.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pilihannya di Makassar adalah SMA Negeri 2 Makassar. Di bangku Sekolah inilah dia menimba ilmu pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang ditamatkan pada tahun 1968.
Sepertinya, Andi Bur, sangat memahami konteks pendidikan vertikal dalam manajemen mutu pendidikan. Ini dibuktikan dari pilihan pendidikan yang ditempuh selanjutnya. Setammat SMA dengan jurusan IPA, dia memilih jurusan yang linear di UNHAS, Fakultas Pertanian, pada tahun 1969.
Di tengah geliat menempuh pendidikan perguruan tinggi, dia terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Namun, hal itu tidak menyurutkan animo dia untuk tetap menuntut ilmu. Perjalanan karirnya sebagai PNS tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengenyam pendidikan formal. Hal ini terwujud ketika dia mendapatkan kesempatan dengan status tugas belajar Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Ujung Pandang pada tahun 1973.
Dengan keaktifannya menjadi pengurus atau anggota organisasi, tidak sedikit dalam keorganisasian yang diikuti sempat menjabat sebagai pengurus inti. Secara garis besar keterlibatan dalam keorganisasian yang telah diikuti antara lain menjadi organisasi pelajar, mahasiswa, organisasi kemasyarakatan pemuda, organisasi masyarakat, dan organisasi politik.
Organisasi pelajar yang pernah digeluti diantaranya: Ketua OSIS SMA Negeri 2 Makassar, Ketua HMI Komisariat Fakultas Pertanian UNHAS 1970, Wakil ketua Senat Mahasiswa Fak Pertanian UNHAS 1971, Pengurus DEMA UNHAS 1972, Ketua HIPERMAWA Pusat 1973.
Selanjutnya organisasi kemasyarakatan pemuda yang pernah diikuti adalah Wakil Ketua KPPI Makassar 1968, Ketua FKPPJ Kab. Wajo 1988, Dewan penasehat KNPI Kab. Wajo 1989, Pengurus KPPSI Sul-Sel 1998, dan organisasi organisasi lainnya, seperti : Ketua KONI Kab. Wajo 1997, Ketua ISSI Kab. Wajo, Ketua PASGI Cabang Wajo 1998, Wakil ketua DPD II Golkar Kab. Wajo 1997, Dewan Pertimbangan ICMI Kab. Wajo 2001, dan Dewan pertimbangan As'adiyah Kab. Wajo 2002.
Keterlibatan dalam organisasi-organisasi tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, memberikan sumbangan yang besar terhadap pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang membentuk jiwa kepemimpinannya.
Pengabdian Andi Bur diawali sejak pengangkatannya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), pada Tahun 1972 tepatnya terhitung mulai tanggal 3 Maret 1972. Seperti halnya CPNS pada umumnya, berbagai tugas, pekerjaan dan jabatan telah diemban dan dilaksanakan dengan baik. Awal mula pengangkatannya sebagai CPNS, dia ditugaskan sebagai staf pada Kantor Pembangunan Kab. Wajo, dalam menjalankan tugas tersebut banyak pengalaman yang berharga sebagai staf yang diperolehnya.
Dia pernah melaksanakan tugas sebagai juru ketik, kurir, dan sebagainya. Namun hal tersebut tidak membuatnya canggung, mengeluh, bahkan dengan semua proses itu menjadi bahan pelajaran dan membentuk dia menjadi sosok pemimpin ideal. Setahun berlalu, tepatnya Tahun 1973, dia mendapat tugas belajar di APDN dan diselesaikannya pada Tahun 1976.
Setelah selesai dia ditempatkan dan dipercayakan menjadi Kepala Bagian Humas Sekretariat Wilayah BKDH Kabupaten Wajo. Setelah itu, merangkap sebagai kepala Wilayah Kecamatan Pammana. Jabatan Kabag HUMAS diemban tidak lama, karena pada tahun yang sama, dia ditugaskan sebagai Kepala Wilayah camatan Maniangpajo. Menjadi Kepala Wilayah di beberapa Kecamatan dijabat secara berturut-turut. Hanya dalam kurun waktu 2 tahun yaitu; Tahun 1977 s/d Tahun 1978, dia menjabat kepala wilayah di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Pammana, dan Kecamatan Takkalalla. Kecamatan yang terakhir dijabatnya agak lama yaitu 5 tahun, dan selanjutnya, ditinggalkan karena mendapat tugas belajar kembali pada Universitas Hasanuddin Program Studi Ilmu Pemerintahan sampai selesai pada Tahun 1987.
Karena pengetahuan dan kedalaman pengetahuan dalam bidang ilmu pemerintahan pasca menyelesaikan pendidikan Strata Satu dan mendapat gelar Doktorandus (Drs), dia kembali diserahi tugas kewilayahan, yaitu sebagai Kepala Wilayah Kecamatan Tempe pada awal Tahun 1988. Jabatan Camat Tempe ini, dijabatnya selama 5 Tahun, sampai pada Tahun 1994, dia dipromosikan menjadi Kepala Dinas Tata Kota Kabupaten Wajo (saat ini Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kab. Wajo)
Suksesi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Wajo Terlahir dari seorang pemimpin yang mewariskan jiwa kepemimpinan merakyat, ditambah dengan semangat juang yang tinggi, pasca memasuki masa pensiun, Andi Burbertekad tidak akan berhenti mempersembahkan pengabdian terbaik untuk Bangsa dan Negara.
Dengan berbekal semangat pengabdian yang tinggi itulah, dia tetap melakukan komunikasi intensif dengan stakeholder. Komunikasi itu berbuah manis. Pasca melakukan konsolidasi politik sesuai praturan perundangan yang berlaku, pada tanggal 9 Juli 2008, berpasangan dengan Amran Mahmud, S. Sos, M.Si, Dia secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Wajo periode 2009-2014.
“Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.” Ungkapan ini menggambarkan bagaimana perjuangan dalam suksesi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pertama kali dilalui sang Pemimpin pilihan rakyat. Usaha dengan berbagai kegiatan menarik simpati masyarakat dengan mempertahankan kesederhanaan, dan low profile yang menjadi ciri khasnya, akhirnya berbuah manis saat tanggal 29 Oktober 2008, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Wajo menetapkan dia sebagai pemenang.
Lima tahun kemudian Andi Burhanuddin Unru memimpin Wajo dengan mulus dan dengan segudang prestasi. Diantara prestasi dia paling familiar adalah produksi pertanian Wajo jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil pertanian di Negara maju yang ada di dunia sekalipun, sangat serasi dengan kondisi mayoritas masyarakat Wajo yang bekerja sebagai Petani. Ini terbukti dari permintaan masyarakat berharap dia mencalonkan diri kembali pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati periode 2014-2019.
Keinginan besar untuk senantiasa mempersembahkan pengabdian kepada masyarakat secara berkelanjutan, mendorong dia menjawab harapan masyarakat untuk kembali mempimpin Kabupaten Wajo. Dengan perhitungan yang cermat, dan pertimbangan kesejahteraan rakyat ke depannya, akhirnya Dia memilih Dr. H. Andi Syahrir Kube Dauda, S.E, M. Si, sebagai calon wakil bupati pendamping yang tepat.
Usaha dan kerja keras sebelumnya berbuah kesuksesan. Hasil pemilukada Kabupaten Wajo diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wajo pada hari Rabu tanggal 25 September 2013 seusai Rapat Pleno Terbuka penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan penetapan pasangan calon terpilih di Kantor KPU Wajo, Jalan Bau Mahmud No 191, Sengkang, Kabupaten Wajo. KPU Wajo menetapkan pasangan calon nomor urut lima, Drs. H. A. Andi Burhanuddin Unru, MM dan Dr. Andi Syahrir Kube Dauda, S.E, M. Si, sebagai Bupati dan Wakil Bupati Wajo terpilih untuk periode 2014-2019.
Prosesi pernikahan pasangan serasi ini, secara adat dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 1970. Setelah setahun menjalani mahligai rumah tangga bersama sang isteri tercinta, tibalah saat menanti kelahiran anak pertama.
Rasa syukur tak terkira kala sang buah hati telah lahir dengan selamat pada tanggal 1 Mei 1971, yang diberi nama, Andi Fadillah Burhanuddin. Setelah kelahiran anak pertama berturut turut lahirlah putra putri yang lain, yaitu Andi Nelal Huda, SH, lahir tanggal 23 Mei 1972, Andi Hidayat, SE, lahir tanggal 3 Desember 1973, Ir. Andi Baso Iqbal, lahir tanggal 14 Januari 1976, Ir. Andi Fakhrul Rijal, lahir tanggal 5 Oktober 1978, Andi Tenrijaja, SE, lahir tanggal 1 Januari 1980, Andi Nurani, S. Ked, lahir tanggal 20 February 1983, dan anak bungsu Andi Mudira Ulya, yang lahir 6 Maret 1988.
Sosok ibu dari 8 orang anak adalah sosok pendukung langkah dan kerja suami melayani rakyat dengan kerja keras. Lahir dari keluarga agamis, ketua yayasan Asadiyah, Pondok Pesantren Tertua di Indonesia Timur, Hj. Andi Faikah A. Burhanuddin, menambah warna keserasian keluarga.
Di tengah kesibukan dia sebagai ibu rumahtangga, dia juga sebagai Ketua Darma Wanita Persatuan Kabupaten Wajo. Hj. Andi Faikah A. Burhanuddin selalu memberi support terhadap suami. Bagi dia , kebersamaan dengan keluarga tetap menjadi prioritas. Demikian pula, sang suami selalu menyempatkan untuk bersama keluarga, terutama dengan istri tercinta Hj Andi Faikah, delapan anak, tujuh cucu, walau intensitas agak kurang karena tersita oleh urusan pelayanan pemerintahan.
*Berbagai Sumber
Sebagaimana umumnya keluarga militer, keluarga Dia menjalani kehidupan sederhana dengan pola pendidikan khas dalam nuansa kedisiplinan tinggi, pola pembentukan mental akurat, dan keteguhan memegang prinsip. Perkembangan sesorang dengan pola kedisiplinan diartikan sebagai belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimipin. Dalam hal ini Andi Bur merupakan murid yang belajar dari orang sosok ayah tentang hidup menuju kearah kehidupan yang berguna dan bahagia di masa mendatang.
Dari kehidupan yang sederhana , bersahaja, dan penuh disiplin tersebutlah yang membentuk sosok Dia menjadi seorang pemimpin yang kuat, tangguh, cerdas, energik, teguh dalam pendirian , semangat pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup dan kehidupan sehingga berbuah sukses. Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa jiwa kepemimpinan sang ayah (Alm H.Andi Unru) yang juga merupakan mantan Bupati Wajo, merupakan sumber inspirasi dalam merajuk dan membentuk jiwa kepemimpinannya.
Riwayat Pendidikan
Masa sekolah dari awal sampai akhir bisa dikata dilalui dengan mulus, dan tanpa hambatan yang berarti. Riak pengalaman terukir membingkai dan membentuk karakter pemimpin dari masa sekolahnya. Tahun 1956, dia memasuki bangku Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar), tepatnya di Sekolah Dasar SDN No. 2 Sengkang dan selesai pada tahun 1962. Di sekolah ini menjadi wahana pertama bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain. Di sekolah ini pula, dengan semangat ingin tahu yang besar, dia belajar membaca, mengeja huruf demi huruf. Belajar mengenal angka, menghitungnya dan memahami nilai.Selepas dari Sekolah Dasar, dan atas motivasi yang besar dari pamannya, Petta Umar, dia melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) tepatnya di SMP Negeri di Sengkang. Jenjang Sekolah Menengah Pertama ditamatkan Tahun 1965. Selepas SMP, kecintaan dia terhadap ilmu pengetahuan tergambar dengan jelas. Awalnya, dia duduk di SMA Negeri 1 Sengkang selama dua semester, dan akhirnya memutuskan pindah ke Makassar. Kepindahan dia bermula dari keprihatinan dia dengan kondisi biaya pendidikan. “Bagaimana bisa saya melanjutkan pendidikan, kalau suatu saat Petta Umar tidak mampu lagi membiayaiku, mengingat usianya sudah tidak muda lagi”. Rencana hijrah ke Makassar untuk melanjutkan studi akhirnya disetujui. Keberangkatan dia diantar dengan haru. Ibunya berpesan; “Eh anakku, aja’ mutakkalupa massempajang, sappai decenge, mulisu paineng ri tana Wajo mappideceng”, yang artinya, hai anaku, jangan sekali-kali melupakan shalat, carilah kebaikan, agar suatu saat kamu bisa kembali ke kampung halamanmu (Wajo) untuk berbuat baik.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pilihannya di Makassar adalah SMA Negeri 2 Makassar. Di bangku Sekolah inilah dia menimba ilmu pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang ditamatkan pada tahun 1968.
Sepertinya, Andi Bur, sangat memahami konteks pendidikan vertikal dalam manajemen mutu pendidikan. Ini dibuktikan dari pilihan pendidikan yang ditempuh selanjutnya. Setammat SMA dengan jurusan IPA, dia memilih jurusan yang linear di UNHAS, Fakultas Pertanian, pada tahun 1969.
Di tengah geliat menempuh pendidikan perguruan tinggi, dia terangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Namun, hal itu tidak menyurutkan animo dia untuk tetap menuntut ilmu. Perjalanan karirnya sebagai PNS tidak menyurutkan tekadnya untuk tetap mengenyam pendidikan formal. Hal ini terwujud ketika dia mendapatkan kesempatan dengan status tugas belajar Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Ujung Pandang pada tahun 1973.
Riwayat Organisasi
Rangkaian jenjang pendidikan Andi Bur ternyata disadari terasa tidak cukup baginya. Terlihat dari antusiasme dia dalam memimpin berbagai organisasi besar sejak menempuh jenjang pendidikan formal. Di samping jenjang pendidikan formal, Dia banyak mendapatkan pembentukan karakter kepemimpinan melalui organisasi.Dengan keaktifannya menjadi pengurus atau anggota organisasi, tidak sedikit dalam keorganisasian yang diikuti sempat menjabat sebagai pengurus inti. Secara garis besar keterlibatan dalam keorganisasian yang telah diikuti antara lain menjadi organisasi pelajar, mahasiswa, organisasi kemasyarakatan pemuda, organisasi masyarakat, dan organisasi politik.
Organisasi pelajar yang pernah digeluti diantaranya: Ketua OSIS SMA Negeri 2 Makassar, Ketua HMI Komisariat Fakultas Pertanian UNHAS 1970, Wakil ketua Senat Mahasiswa Fak Pertanian UNHAS 1971, Pengurus DEMA UNHAS 1972, Ketua HIPERMAWA Pusat 1973.
Selanjutnya organisasi kemasyarakatan pemuda yang pernah diikuti adalah Wakil Ketua KPPI Makassar 1968, Ketua FKPPJ Kab. Wajo 1988, Dewan penasehat KNPI Kab. Wajo 1989, Pengurus KPPSI Sul-Sel 1998, dan organisasi organisasi lainnya, seperti : Ketua KONI Kab. Wajo 1997, Ketua ISSI Kab. Wajo, Ketua PASGI Cabang Wajo 1998, Wakil ketua DPD II Golkar Kab. Wajo 1997, Dewan Pertimbangan ICMI Kab. Wajo 2001, dan Dewan pertimbangan As'adiyah Kab. Wajo 2002.
Keterlibatan dalam organisasi-organisasi tersebut, secara langsung maupun tidak langsung, memberikan sumbangan yang besar terhadap pengetahuan, wawasan, dan pengalaman yang membentuk jiwa kepemimpinannya.
Pengabdian Andi Bur diawali sejak pengangkatannya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), pada Tahun 1972 tepatnya terhitung mulai tanggal 3 Maret 1972. Seperti halnya CPNS pada umumnya, berbagai tugas, pekerjaan dan jabatan telah diemban dan dilaksanakan dengan baik. Awal mula pengangkatannya sebagai CPNS, dia ditugaskan sebagai staf pada Kantor Pembangunan Kab. Wajo, dalam menjalankan tugas tersebut banyak pengalaman yang berharga sebagai staf yang diperolehnya.
Dia pernah melaksanakan tugas sebagai juru ketik, kurir, dan sebagainya. Namun hal tersebut tidak membuatnya canggung, mengeluh, bahkan dengan semua proses itu menjadi bahan pelajaran dan membentuk dia menjadi sosok pemimpin ideal. Setahun berlalu, tepatnya Tahun 1973, dia mendapat tugas belajar di APDN dan diselesaikannya pada Tahun 1976.
Setelah selesai dia ditempatkan dan dipercayakan menjadi Kepala Bagian Humas Sekretariat Wilayah BKDH Kabupaten Wajo. Setelah itu, merangkap sebagai kepala Wilayah Kecamatan Pammana. Jabatan Kabag HUMAS diemban tidak lama, karena pada tahun yang sama, dia ditugaskan sebagai Kepala Wilayah camatan Maniangpajo. Menjadi Kepala Wilayah di beberapa Kecamatan dijabat secara berturut-turut. Hanya dalam kurun waktu 2 tahun yaitu; Tahun 1977 s/d Tahun 1978, dia menjabat kepala wilayah di tiga kecamatan yaitu: Kecamatan Maniangpajo, Kecamatan Pammana, dan Kecamatan Takkalalla. Kecamatan yang terakhir dijabatnya agak lama yaitu 5 tahun, dan selanjutnya, ditinggalkan karena mendapat tugas belajar kembali pada Universitas Hasanuddin Program Studi Ilmu Pemerintahan sampai selesai pada Tahun 1987.
Karena pengetahuan dan kedalaman pengetahuan dalam bidang ilmu pemerintahan pasca menyelesaikan pendidikan Strata Satu dan mendapat gelar Doktorandus (Drs), dia kembali diserahi tugas kewilayahan, yaitu sebagai Kepala Wilayah Kecamatan Tempe pada awal Tahun 1988. Jabatan Camat Tempe ini, dijabatnya selama 5 Tahun, sampai pada Tahun 1994, dia dipromosikan menjadi Kepala Dinas Tata Kota Kabupaten Wajo (saat ini Dinas Tata Ruang dan Kebersihan Kab. Wajo)
Suksesi Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Wajo Terlahir dari seorang pemimpin yang mewariskan jiwa kepemimpinan merakyat, ditambah dengan semangat juang yang tinggi, pasca memasuki masa pensiun, Andi Burbertekad tidak akan berhenti mempersembahkan pengabdian terbaik untuk Bangsa dan Negara.
Dengan berbekal semangat pengabdian yang tinggi itulah, dia tetap melakukan komunikasi intensif dengan stakeholder. Komunikasi itu berbuah manis. Pasca melakukan konsolidasi politik sesuai praturan perundangan yang berlaku, pada tanggal 9 Juli 2008, berpasangan dengan Amran Mahmud, S. Sos, M.Si, Dia secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Wajo periode 2009-2014.
“Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.” Ungkapan ini menggambarkan bagaimana perjuangan dalam suksesi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati pertama kali dilalui sang Pemimpin pilihan rakyat. Usaha dengan berbagai kegiatan menarik simpati masyarakat dengan mempertahankan kesederhanaan, dan low profile yang menjadi ciri khasnya, akhirnya berbuah manis saat tanggal 29 Oktober 2008, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Wajo menetapkan dia sebagai pemenang.
Lima tahun kemudian Andi Burhanuddin Unru memimpin Wajo dengan mulus dan dengan segudang prestasi. Diantara prestasi dia paling familiar adalah produksi pertanian Wajo jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil pertanian di Negara maju yang ada di dunia sekalipun, sangat serasi dengan kondisi mayoritas masyarakat Wajo yang bekerja sebagai Petani. Ini terbukti dari permintaan masyarakat berharap dia mencalonkan diri kembali pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati periode 2014-2019.
Keinginan besar untuk senantiasa mempersembahkan pengabdian kepada masyarakat secara berkelanjutan, mendorong dia menjawab harapan masyarakat untuk kembali mempimpin Kabupaten Wajo. Dengan perhitungan yang cermat, dan pertimbangan kesejahteraan rakyat ke depannya, akhirnya Dia memilih Dr. H. Andi Syahrir Kube Dauda, S.E, M. Si, sebagai calon wakil bupati pendamping yang tepat.
Usaha dan kerja keras sebelumnya berbuah kesuksesan. Hasil pemilukada Kabupaten Wajo diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wajo pada hari Rabu tanggal 25 September 2013 seusai Rapat Pleno Terbuka penetapan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan penetapan pasangan calon terpilih di Kantor KPU Wajo, Jalan Bau Mahmud No 191, Sengkang, Kabupaten Wajo. KPU Wajo menetapkan pasangan calon nomor urut lima, Drs. H. A. Andi Burhanuddin Unru, MM dan Dr. Andi Syahrir Kube Dauda, S.E, M. Si, sebagai Bupati dan Wakil Bupati Wajo terpilih untuk periode 2014-2019.
Sosok Istri
“Di belakang Pemimpin hebat, pasti ada perempuan hebat di sampingnya.” Demikian ungkapan bijak yang mewakili kehidupan Andi Burhanuddin Unru.Tahun 1969, kala Dia menempuh pendidikan Strata Satu di Universitas Hasanuddin, dia meminang dan menikahi gadis pujaan hatinya. Hanya beberapa minggu saja dari waktu pertemuan dengan wanita pujaan hati, dilaksanakanlah kegiatan “Madduta” (meminang gadis). Gadis ayu, pendamping pemimpin, kelahiran 2 Februari 1952 bernama Hj Andi Faikah, salah seorang putri dari K.H Syamsuddin Badar (ketua Yayasan As’adiyah waktu itu).
Prosesi pernikahan pasangan serasi ini, secara adat dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 1970. Setelah setahun menjalani mahligai rumah tangga bersama sang isteri tercinta, tibalah saat menanti kelahiran anak pertama.
Rasa syukur tak terkira kala sang buah hati telah lahir dengan selamat pada tanggal 1 Mei 1971, yang diberi nama, Andi Fadillah Burhanuddin. Setelah kelahiran anak pertama berturut turut lahirlah putra putri yang lain, yaitu Andi Nelal Huda, SH, lahir tanggal 23 Mei 1972, Andi Hidayat, SE, lahir tanggal 3 Desember 1973, Ir. Andi Baso Iqbal, lahir tanggal 14 Januari 1976, Ir. Andi Fakhrul Rijal, lahir tanggal 5 Oktober 1978, Andi Tenrijaja, SE, lahir tanggal 1 Januari 1980, Andi Nurani, S. Ked, lahir tanggal 20 February 1983, dan anak bungsu Andi Mudira Ulya, yang lahir 6 Maret 1988.
Sosok ibu dari 8 orang anak adalah sosok pendukung langkah dan kerja suami melayani rakyat dengan kerja keras. Lahir dari keluarga agamis, ketua yayasan Asadiyah, Pondok Pesantren Tertua di Indonesia Timur, Hj. Andi Faikah A. Burhanuddin, menambah warna keserasian keluarga.
Di tengah kesibukan dia sebagai ibu rumahtangga, dia juga sebagai Ketua Darma Wanita Persatuan Kabupaten Wajo. Hj. Andi Faikah A. Burhanuddin selalu memberi support terhadap suami. Bagi dia , kebersamaan dengan keluarga tetap menjadi prioritas. Demikian pula, sang suami selalu menyempatkan untuk bersama keluarga, terutama dengan istri tercinta Hj Andi Faikah, delapan anak, tujuh cucu, walau intensitas agak kurang karena tersita oleh urusan pelayanan pemerintahan.
*Berbagai Sumber