Riwayat Hidup A. Malik Fadjar
Pada: January 20, 2014
Dia adalah seorang Tokoh Nasional yang telah banyak memberikan kontribusi pemikiran dan segala bhakti pengabdiannya dengan penuh komitmen dan optimis untuk kemajuan Ilmu, Agama, Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tokoh yang dimaksud adalah Prof. Dr. H. A. Malik Fadjar, M.Sc. yang memiliki nama lengkap Abdul Malik (nama sejak kecil).
Dilahirkan di Yogyakarta 22 Februari 1939, Ayahnya bernama Fadjar Martodiharjo dan Ibunya bernama Hj. Salamah Fadjar, keduanya sudah meninggal dunia. Pak Malik merupakan putera keempat dari tujuh bersaudara. Abdul Malik, yang biasa dipanggil “Malik” (Pak Malik oleh penulis) tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga terdidik (Educational Village Family), ayahnya adalah seorang Guru Agama. Melalui ayahnya, Pak Malik banyak belajar Ilmu Agama dan Keagamaan.
Salah satu ajaran penting yang ditransmisikan oleh ayahnya kepada semua anak-anaknya adalah percaya diri dan keberanian diri. Ayah A. Malik Fadjar merupakan seorang yang dikenal sebagai pribadi ”liberal”, dalam arti lebih banyak menampilkan ”Tutwuri” yang mendorong lahirnya sikap percaya diri dan keberanian diri yang semuanya berpangkal kepada iman, dan ayahnya juga orang pergerakan.
Selama 22 tahun menjadi guru Muhammadiyah, bukan hanya sekedar guru, tapi juga membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah di Daerah Yogyakarta dan Magelang serta membangun Perpustakaan Desa selain memberikan dakwah Agama.
Sebagai tokoh pergerakan dan tokoh pendidikan inilah, Ayah A. Malik Fadjar benar-benar dapat mendidik anak-anaknya dengan disiplin dan penuh dengan kewibawaan serta tanggung jawab dalam menjalankan keagamaan yang disertai keimanan dan ketakwaan yang terpancar dalam diri anak-anaknya.
Meskipun A. Malik Fadjar lahir dan besar di Yogyakarta, beliau mengukir karir dalam bidang pendidikan di Kota Malang, sempat menetap dan menjadi Guru di Sumbawa Besar NTT dan beberapa tahun berkiprah dalam pentas Nasional di Pusat Pemerintahan di Jakarta.
Pada saat ini, A. Malik Fadjar sedang asyik-asyiknya menjalani hidup dan kehidupannya bersama dengan isterinya Norjanah Malik Fadjar di rumah kediamannya yang terletak di Jl. Tebetmas Raya 1 / F8 Jakarta Selatan.
Menjadi Guru SRN, diangkat menjadi guru Agama di Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang Sumbawa Besar NTT, dan di Daerah yang sama pula, mengajar di SGB Negeri, dan dipercaya menjadi Kepala SMEP Muhammadiyah pada tahun 1961- 1963, Anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS).
Kondisi guru yang pas-pasan tidak pernah membuatnya berhenti menjemput masa depan. Setelah menjadi guru Agama selama empat tahun, pada tahun 1963, dia meneruskan pendidikan ke jenjang Sarjana Muda di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang. Kemudian, dilanjutkan lagi hingga meraih gelar Sarjana pada tahun 1972.
Begitu lulus, beliau mengajar di Almamaternya. Sampai menjadi Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel hingga tahun 1979. A. Malik Fadjar dalam dunia pendidikan berlanjut menjadi Dosen begitu lulus dari Almamaternya dan menempati jabatan Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya sampai tahun 1979. Kemudian A. Malik Fadjar juga dipercaya menjabat Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (Unmuh Malang) tahun 1983 hingga tahun 1984.
Ketika menjabat sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, A. Malik Fadjar sering mendapat kritik dari banyak kalangan mengenai apa yang di lakukannya. Karena gerak dan kiprahnya cenderung unpredictable, beliau menggagas lahirnya Forum Studi Pascasarjana (FSP) IAIN Malang yang berfungsi sebagai media komunikasi, diskusi, perdebatan dan sekaligus wadah mencari solusi bagi pencerahan pendidikan Islam di masa depan.
A. Malik Fadjar berkecimpung di UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) sejak belum ada, dan menanganinya sekaligus merangkap jabatan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dari tahun 1996-2000. Nama A. Malik Fadjar semakin berkibar dan dikenal banyak tokoh-tokoh senior baik di dalam maupun di luar negeri, setelah beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada penghujung tahun 1995, beliau dipanggil ke Jakarta untuk menduduki jabatan Dirjen Binbagais Departemen Agama RI. Ketika memnjabat Dirjen Binbagais Departemen Agama RI., A. Malik Fadjar tidak hanya berkreasi di dalamnya, tetapi juga benyak melakukan perubahan dan pembenahan dengan mngeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan tentang pengembangan dan pemberdayaan Perguruan Agama Islam (Madrasah) dalam menghadapi tantangan modernitas dan era globalisasi.
A. Malik Fadjar akhirnya sempat memimpin Departemen Agama pada masa Presiden B. J. Habibie, namun berada dalam Departemen ini tidak lama, karena pemerintahan B. J. Habibie juga sebentar, kemudian pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dia pun kembali ke kampus untuk mengajar lagi.
Selama satu tahun lima bulan di Departemen Agama, A. Malik Fadjar sudah banyak membuat kemajuan dan memperbaiki citra Departemen Agama di mata masyarakat. Antara lain adalah dua hal penting dalam urusan Agama dan keberagamaan masyarakat, yaitu; membangun Pendidikan Agama, dan peradilan Agama. Termasuk adalah mengeluarkan kebijakan tentang konfersi IAIN menjadi UIN dan Fakutas Cabang menjadi STAIN dengan lahirnya Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997, serta membenahi manajemen haji dengan dikeluarkannya UU No. 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang ditandatangani dan disahkan oleh Presiden B.J. Habibie tertanggal 3 Mei 1999 dan dimasukkan dalam Lembaran Negara RI. No. 53 Tahun 1999, yang berarti menghapus seluruh produk hukum sebelumnya yang terkait tentang masalah haji dan umrah.
Dunia pendidikan kembali memanggil A. Malik Fadjar. Kali ini justru sebagai menteri atau orang pertama di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dunia yang memang sudah lama diselami, A. Malik Fadjar dipercaya menjabat jabatan ini pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri (Kabinet Gotong Royong), tahun 2001-2004.
Saat Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan menteri dalam Kabinet Gotong Royong, A. Malik Fadjar sedang mengajar mahasiswa dalam kelas di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berita terpilihnya menjadi Menteri Pendidikan Nasional didengar dari Radio. A. Malik Fadjar sering melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau, untuk melihat potret pendidikan Tanah Air, termasuk saat keliling daerah dan melihat kondisi SD di beberapa daerah, hatinya menangis.
Sebagai orang nomor satu dalam sebuah departemen yang diposisikan sebagai lembaga yang paling bertanggungjawab untuk mencetak generasi penerus bangsa. Sementara hingga saat ini, pendidikan bangsa ini masih dinilai tertinggal. Ketertinggalan atau kegagalan pendidikan itu pula disebut sebagai penyebab utama rontoknya bangsa ketika menghadapi krisis multidimensi. Lebih prihatin lagi, manakala korupsi di Depdiknas sudah membudaya.
A. Malik Fadjar pun berupaya melakukan kontrol ke bawah. Diawali keteladanan, dari dirinya sendiri. Kemudian, setiap ada kasus atau tender selalu dicek. Kalau merasa ada yang tidak beres, langsung dibatalkan. A. Malik Fadjar tidak peduli siapa yang memegang, pokoknya kalau ada keanehan, di minta untuk segera dibatalkan.
Selama menjabat di Depdiknas, banyak hal-hal yang dilakukan yang menjadikan prestasi baginya. Antara lain adalah: Pertama, A. Malik Fadjar mengadakan otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan berarti pengalihan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah dari pusat ke Pemerintah Daerah (PEMDA), yang memandang hubungan pusat dan daerah tidak lagi dalam kerangka hirarkis, tetapi konsultatif. Pemerintah pusat hanya memantau pemberdayaan dengan menyalurkan bantuan dalam model block grant, dan dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
A. Malik Fadjar menjabat Menko Kesra ad-Interim menggantikan Jusuf Kalla ketika mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dalam pemilu 2004 sebagaimana tertuang dalam surat keputusan presiden RI Nomor B- 137 tanggal 22 April 2004. A. Malik Fadjar dilantik pada hari Jum’at 23 April 2004. dan untuk beberapa bulan merangkap sebagai Mendiknas RI. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh A. Malik Fadjar ketika merangkap jabatan menko kesra ini, kecuali hanya meneruskan apa yang sudah diprogramkan oleh Menteri sebelumnya.
Ada dua hal yang menjadi mainstream dari Pak Malik, yaitu pendidikan dan kesehatan. Karena keduanya diyakini sebagai kunci dalam meningkatkan mutu bangsa Indonesia di mata dunia. Prestasi A. Malik Fadjar yang monumental selama berkecimpung di Muhammadiyah adalah keberhasilannya menjadikan Universitas Muhammadiyah Malang menjadi sebuah Universitas yang megah dan bermutu di Indonesia.
Selain itu, beliau juga aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan KAHMI, dan menjadi anggota Himpunan Pencinta Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).30
Karya-Karya A. Malik Fadjar
Sebagai seorang akademisi dan pakar ilmu pendidikan Islam (terutama yang disandangnya, terakhir, sebagai guru besar dalam Ilmu Kependidikan Islam), A. Malik Fadjar telah menghasilkan beberapa karya tulis dalam bentuk buku. Di antaranya adalah:
Kepustakaan: Ahmad Barizi, Holistika Pemikiran Pendidikan A. Malik Fadjar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005).
Dilahirkan di Yogyakarta 22 Februari 1939, Ayahnya bernama Fadjar Martodiharjo dan Ibunya bernama Hj. Salamah Fadjar, keduanya sudah meninggal dunia. Pak Malik merupakan putera keempat dari tujuh bersaudara. Abdul Malik, yang biasa dipanggil “Malik” (Pak Malik oleh penulis) tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga terdidik (Educational Village Family), ayahnya adalah seorang Guru Agama. Melalui ayahnya, Pak Malik banyak belajar Ilmu Agama dan Keagamaan.
Salah satu ajaran penting yang ditransmisikan oleh ayahnya kepada semua anak-anaknya adalah percaya diri dan keberanian diri. Ayah A. Malik Fadjar merupakan seorang yang dikenal sebagai pribadi ”liberal”, dalam arti lebih banyak menampilkan ”Tutwuri” yang mendorong lahirnya sikap percaya diri dan keberanian diri yang semuanya berpangkal kepada iman, dan ayahnya juga orang pergerakan.
Selama 22 tahun menjadi guru Muhammadiyah, bukan hanya sekedar guru, tapi juga membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah di Daerah Yogyakarta dan Magelang serta membangun Perpustakaan Desa selain memberikan dakwah Agama.
Sebagai tokoh pergerakan dan tokoh pendidikan inilah, Ayah A. Malik Fadjar benar-benar dapat mendidik anak-anaknya dengan disiplin dan penuh dengan kewibawaan serta tanggung jawab dalam menjalankan keagamaan yang disertai keimanan dan ketakwaan yang terpancar dalam diri anak-anaknya.
Meskipun A. Malik Fadjar lahir dan besar di Yogyakarta, beliau mengukir karir dalam bidang pendidikan di Kota Malang, sempat menetap dan menjadi Guru di Sumbawa Besar NTT dan beberapa tahun berkiprah dalam pentas Nasional di Pusat Pemerintahan di Jakarta.
Pada saat ini, A. Malik Fadjar sedang asyik-asyiknya menjalani hidup dan kehidupannya bersama dengan isterinya Norjanah Malik Fadjar di rumah kediamannya yang terletak di Jl. Tebetmas Raya 1 / F8 Jakarta Selatan.
Riwayat Pendidikan
A. Malik Fadjar semenjak kecil setelah menginjak usia sekolah, menjalani pendidikan formal yang ditempuhnya yaitu: a) Sekolah Rakyat Negeri (SRN) yang dijalaninya selama 6 tahun di Deyangan Mertoyudan Magelang, beliau lulus tahun 1952. b) PGAPN (Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri) Magelang yang diselesaikannya pada tahun 1957. c) PGAAN (Pendidikan Guru Agama Atas Negeri) di Yogyakarta lulus tahun 1959. d) Beliau juga meneruskan pendidikan ke tingkat sarjana dan akhirnya mendapatkan gelar kesarjanaan (Drs) dari Fakultas Tarbiyah cabang IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1972 (kini telah menjadi UIN Malang). e) S-2 (Strata 2) di Florida State University, The Departement of Educatioonal Research, Development and Foundation, Amerika Serikat, dan akhinya memperoleh gelar Master of Science (M.Sc.) pada tahun 1981. f) memperoleh gelar sebagai Guru Besar (Profesor) dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya (sekarang UIN Malang), pada tahun 1995 dan Gelar Doktor Honoris Causa dalam bidang Kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2001.Karier dan Prestasi
Pria bertubuh jangkung yang kini tengah memasuki usia 70 tahun ini, rasanya sulit sekali lepas dari dunia pendidikan. Lebih dari separuh usianya dihabiskan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sejak usia 21 tahun A. Malik Fadjar memulai kariernya mulai dari tingkat bawah di bidang pendidikan formal hingga melejit sampai tinggkat Nasional pada Pemerintahan Pusat di Jakarta, karier dan prestasi beliau antara lain yaitu:Menjadi Guru SRN, diangkat menjadi guru Agama di Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang Sumbawa Besar NTT, dan di Daerah yang sama pula, mengajar di SGB Negeri, dan dipercaya menjadi Kepala SMEP Muhammadiyah pada tahun 1961- 1963, Anggota Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial (HIPIIS).
Kondisi guru yang pas-pasan tidak pernah membuatnya berhenti menjemput masa depan. Setelah menjadi guru Agama selama empat tahun, pada tahun 1963, dia meneruskan pendidikan ke jenjang Sarjana Muda di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang. Kemudian, dilanjutkan lagi hingga meraih gelar Sarjana pada tahun 1972.
Begitu lulus, beliau mengajar di Almamaternya. Sampai menjadi Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel hingga tahun 1979. A. Malik Fadjar dalam dunia pendidikan berlanjut menjadi Dosen begitu lulus dari Almamaternya dan menempati jabatan Sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya sampai tahun 1979. Kemudian A. Malik Fadjar juga dipercaya menjabat Dekan FISIP Universitas Muhammadiyah Malang (Unmuh Malang) tahun 1983 hingga tahun 1984.
Ketika menjabat sekretaris Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, A. Malik Fadjar sering mendapat kritik dari banyak kalangan mengenai apa yang di lakukannya. Karena gerak dan kiprahnya cenderung unpredictable, beliau menggagas lahirnya Forum Studi Pascasarjana (FSP) IAIN Malang yang berfungsi sebagai media komunikasi, diskusi, perdebatan dan sekaligus wadah mencari solusi bagi pencerahan pendidikan Islam di masa depan.
A. Malik Fadjar berkecimpung di UMM (Universitas Muhammadiyah Malang) sejak belum ada, dan menanganinya sekaligus merangkap jabatan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta dari tahun 1996-2000. Nama A. Malik Fadjar semakin berkibar dan dikenal banyak tokoh-tokoh senior baik di dalam maupun di luar negeri, setelah beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada penghujung tahun 1995, beliau dipanggil ke Jakarta untuk menduduki jabatan Dirjen Binbagais Departemen Agama RI. Ketika memnjabat Dirjen Binbagais Departemen Agama RI., A. Malik Fadjar tidak hanya berkreasi di dalamnya, tetapi juga benyak melakukan perubahan dan pembenahan dengan mngeluarkan berbagai kebijakan-kebijakan tentang pengembangan dan pemberdayaan Perguruan Agama Islam (Madrasah) dalam menghadapi tantangan modernitas dan era globalisasi.
A. Malik Fadjar akhirnya sempat memimpin Departemen Agama pada masa Presiden B. J. Habibie, namun berada dalam Departemen ini tidak lama, karena pemerintahan B. J. Habibie juga sebentar, kemudian pada pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dia pun kembali ke kampus untuk mengajar lagi.
Selama satu tahun lima bulan di Departemen Agama, A. Malik Fadjar sudah banyak membuat kemajuan dan memperbaiki citra Departemen Agama di mata masyarakat. Antara lain adalah dua hal penting dalam urusan Agama dan keberagamaan masyarakat, yaitu; membangun Pendidikan Agama, dan peradilan Agama. Termasuk adalah mengeluarkan kebijakan tentang konfersi IAIN menjadi UIN dan Fakutas Cabang menjadi STAIN dengan lahirnya Keputusan Presiden No. 11 Tahun 1997, serta membenahi manajemen haji dengan dikeluarkannya UU No. 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah yang ditandatangani dan disahkan oleh Presiden B.J. Habibie tertanggal 3 Mei 1999 dan dimasukkan dalam Lembaran Negara RI. No. 53 Tahun 1999, yang berarti menghapus seluruh produk hukum sebelumnya yang terkait tentang masalah haji dan umrah.
Dunia pendidikan kembali memanggil A. Malik Fadjar. Kali ini justru sebagai menteri atau orang pertama di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dunia yang memang sudah lama diselami, A. Malik Fadjar dipercaya menjabat jabatan ini pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri (Kabinet Gotong Royong), tahun 2001-2004.
Saat Presiden Megawati Soekarnoputri mengumumkan menteri dalam Kabinet Gotong Royong, A. Malik Fadjar sedang mengajar mahasiswa dalam kelas di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berita terpilihnya menjadi Menteri Pendidikan Nasional didengar dari Radio. A. Malik Fadjar sering melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah di daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau, untuk melihat potret pendidikan Tanah Air, termasuk saat keliling daerah dan melihat kondisi SD di beberapa daerah, hatinya menangis.
Sebagai orang nomor satu dalam sebuah departemen yang diposisikan sebagai lembaga yang paling bertanggungjawab untuk mencetak generasi penerus bangsa. Sementara hingga saat ini, pendidikan bangsa ini masih dinilai tertinggal. Ketertinggalan atau kegagalan pendidikan itu pula disebut sebagai penyebab utama rontoknya bangsa ketika menghadapi krisis multidimensi. Lebih prihatin lagi, manakala korupsi di Depdiknas sudah membudaya.
A. Malik Fadjar pun berupaya melakukan kontrol ke bawah. Diawali keteladanan, dari dirinya sendiri. Kemudian, setiap ada kasus atau tender selalu dicek. Kalau merasa ada yang tidak beres, langsung dibatalkan. A. Malik Fadjar tidak peduli siapa yang memegang, pokoknya kalau ada keanehan, di minta untuk segera dibatalkan.
Selama menjabat di Depdiknas, banyak hal-hal yang dilakukan yang menjadikan prestasi baginya. Antara lain adalah: Pertama, A. Malik Fadjar mengadakan otonomi pendidikan. Otonomi pendidikan berarti pengalihan pengelolaan pendidikan dasar dan menengah dari pusat ke Pemerintah Daerah (PEMDA), yang memandang hubungan pusat dan daerah tidak lagi dalam kerangka hirarkis, tetapi konsultatif. Pemerintah pusat hanya memantau pemberdayaan dengan menyalurkan bantuan dalam model block grant, dan dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK).
A. Malik Fadjar menjabat Menko Kesra ad-Interim menggantikan Jusuf Kalla ketika mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden dalam pemilu 2004 sebagaimana tertuang dalam surat keputusan presiden RI Nomor B- 137 tanggal 22 April 2004. A. Malik Fadjar dilantik pada hari Jum’at 23 April 2004. dan untuk beberapa bulan merangkap sebagai Mendiknas RI. Tidak banyak yang dapat dilakukan oleh A. Malik Fadjar ketika merangkap jabatan menko kesra ini, kecuali hanya meneruskan apa yang sudah diprogramkan oleh Menteri sebelumnya.
Ada dua hal yang menjadi mainstream dari Pak Malik, yaitu pendidikan dan kesehatan. Karena keduanya diyakini sebagai kunci dalam meningkatkan mutu bangsa Indonesia di mata dunia. Prestasi A. Malik Fadjar yang monumental selama berkecimpung di Muhammadiyah adalah keberhasilannya menjadikan Universitas Muhammadiyah Malang menjadi sebuah Universitas yang megah dan bermutu di Indonesia.
Selain itu, beliau juga aktif di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), dan KAHMI, dan menjadi anggota Himpunan Pencinta Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).30
Karya-Karya A. Malik Fadjar
Sebagai seorang akademisi dan pakar ilmu pendidikan Islam (terutama yang disandangnya, terakhir, sebagai guru besar dalam Ilmu Kependidikan Islam), A. Malik Fadjar telah menghasilkan beberapa karya tulis dalam bentuk buku. Di antaranya adalah:
- Buku Kuliah Agama Islam Di Perguruan Tinggi, diterbitkan oleh: Al-Ikhlas, Surabaya, tahun 1981.
- Buku Kepemimpinan Pendidikan, diterbitkan oleh: Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel Malang, tahun 1983.
- Buku Pancasila Dasar Filsafat Negara: Prinsip-Prinsip Pengembangan Hidup Beragama, diterbitkan oleh: UMM Press, Aditya Media, Yogyakarta, tahun 1993.
- Buku Reorientasi Wawasan Pendidikan, Dalam Muhammadiyah dan NU, diterbitkan oleh: Aditya Media, Yogyakarta, tahun 1993.
- Buku Pendidikan Islam: Paparan Normatif, Filosofis dan Politis, diterbitkan oleh: UMM Press, Malang, tahun 1993.
- Buku Pendidikan Agama dan Kualitas Manusia Indonesia, diterbitkan oleh: IKIP Malang, tahun 1993.
- Buku Administrasi dan Sup ervisi Pendidikan, diterbitkan oleh: Aditya Media, Yogyakarta, tahun 1993.
- Buku Pergumulan Pemikiran Pendidikan Tinggi Islam, diterbitkan oleh: Bestari Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, tahun 1995.
- Buku Dunia Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan, diterbitkan oleh: University Press, Malang, tahun 1998.
- Buku Madrasah dan Tantangan Modern itas, diterbitkan oleh: Mizan, Bandung, tahun 1998.
Kepustakaan: Ahmad Barizi, Holistika Pemikiran Pendidikan A. Malik Fadjar, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005).