Pengertian Sosiologi Agama
Pada: May 23, 2014
Definisi Goddijn berbunyi sebagai berikut: Sosiologi Agama ialah bagian dari Sosiologi Umum (versi Barat) yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju kepada pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan keagamaan.
Kedua, Sosiologi Agama ialah suatu cabang Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat agama itu tersendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Pada awalnya, pengertian sosiologi hanyalah ilmu yang mengkaji masyarakat. Pembelaan dan pengaruh Durkheimlah yang menyebabkan Sosiologi mendapat tempat dalam kehidupan modern, mulai dari masalah pemerintah, ekonomi, pendidikan ataupun forum-forum diskusi umum yang lain, mulai dari kampus sampai acara talk show di televisi. Menurutnya, hanya sosiologilah yang akan bisa membantu memahami gejolak masyarakat yang bergerak di atas kaki mereka sendiri.
Durkheim meyakini bahwa moralitas yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dan menjadi patokan bagi seluruh anggota kelompok tidak bisa dipisahkan dari agama. Moralitas dan agama bahkan juga tidak bisa dipisahkan dari kerangka sosial. Kita tidak bisa memahami keduanya tanpa memperhatikan konteks sosial, sehingga setiap kali konteks tersebut berubah, maka agama dan moralitas pun akan berubah.
Segi-segi penting yang hendak ditonjolkan dalam definisi itu antara lain: (1) Sosiologi Agama adalah cabang dari Sosiologi Umum. (2) bahwa Sosiologi Agama adalah sungguh ilmu sebagaimana Sosiologi Umum adalah benar-benar suatu ilmu. (3) Tugasnya, mencari keterangan ilmiah. Sosiologi juga bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya sekonsisten mungkin.
Para sosiolog pertama berusaha memberi ciri terhadap kedua hal yang silih berganti berlangsung di depan mata mereka.Yaitu antara komunitas masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Menurut pandangan sosiolog, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta sosial. Sebagai suatu fakta sosial, agama dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragama itu disebut Sosiologi Agama. Pada prinsipnya ilmu ini sama dengan Sosiologi Umum, yang membedakannya adalah obyek materinya.
Sosiologi Umum membicarakan semua fenomena yang ada pada masyarakat umum, sedangkan Sosiologi Agama membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial.
Seorang ahli Sosiologi Agama di Indonesia, Hendropuspito, menyatakan : “Sosiologi Agama ialah suatu cabang dari Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara Sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.” Untuk memudahkan lebih baiknya kita tampilkan definisi Sosiologi Umum yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seumum-umumnya.
Pengertian itu menjelaskan: apa itu Sosiologi; apa fungsinya; bagaimana cara bekerjanya. Kalau Sosiologi Umum bertugas mencapai hukum kemasyarakatan yang (berdaya laku) seluas mungkin bagi kehidupan masyarakat umumnya; maka Sosiologi Agama bertugas mencapai keterangan-keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya.
Fokus Sosiologi Agama Durkheim adalah fungsi yang dimainkan agama dalam menjembatani ketegangan itu dan dalam menghasilkan solidaritas sosial, menjaga kelangsungan masyarakat ketika dihadapkan pada tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya baik dari suku lain, orang-orang yang menyimpang atau pemberontak dari dalam suku itu sendiri, maupun dari bencana alam.
Agama menyatukan anggota suatu masyarakat melalui deskripsi simbolik umum mengenai kedudukan mereka dalam kosmos, sejarah dan tujuan mereka dalam keteraturan segala sesuatu. Agama juga mensakralkan kekuatan atau hubungan-hubungan yang terbangun dalam suku. Oleh karena itu, agama merupakan sumber keteraturan sosial dan moral, mengikat anggota masyarakat ke dalam suatu proyek sosial bersama, sekumpulan nilai dan tujuan bersama.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: D. Hendro Puspito, O. C. Sosiologi Agama, (Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),Yogyakarta, dan B. P. K. Gunung Mulia, Jakarta, 1983). Hartini, G. Kartasapoetra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1992). Anthony Giddens dkk., Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Terj. Ninik Rochani Sjams, (Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2004). Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Penerbit P. T. Rosda Karya, Bandung, 2000). Daniel L. Pals, Dekonstriksi Kebenaran Kritik Tujuh Teori Agama, Terj. Inyiak Ridwan Muzir, M. Syukri, (IRCiSoD, Yogyakarta, 2001).
Kedua, Sosiologi Agama ialah suatu cabang Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat agama itu tersendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Pada awalnya, pengertian sosiologi hanyalah ilmu yang mengkaji masyarakat. Pembelaan dan pengaruh Durkheimlah yang menyebabkan Sosiologi mendapat tempat dalam kehidupan modern, mulai dari masalah pemerintah, ekonomi, pendidikan ataupun forum-forum diskusi umum yang lain, mulai dari kampus sampai acara talk show di televisi. Menurutnya, hanya sosiologilah yang akan bisa membantu memahami gejolak masyarakat yang bergerak di atas kaki mereka sendiri.
Durkheim meyakini bahwa moralitas yang mengatur hubungan seseorang dengan orang lain dan menjadi patokan bagi seluruh anggota kelompok tidak bisa dipisahkan dari agama. Moralitas dan agama bahkan juga tidak bisa dipisahkan dari kerangka sosial. Kita tidak bisa memahami keduanya tanpa memperhatikan konteks sosial, sehingga setiap kali konteks tersebut berubah, maka agama dan moralitas pun akan berubah.
Segi-segi penting yang hendak ditonjolkan dalam definisi itu antara lain: (1) Sosiologi Agama adalah cabang dari Sosiologi Umum. (2) bahwa Sosiologi Agama adalah sungguh ilmu sebagaimana Sosiologi Umum adalah benar-benar suatu ilmu. (3) Tugasnya, mencari keterangan ilmiah. Sosiologi juga bertujuan mendeskripsikan masyarakat dan fungsinya sekonsisten mungkin.
Para sosiolog pertama berusaha memberi ciri terhadap kedua hal yang silih berganti berlangsung di depan mata mereka.Yaitu antara komunitas masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Menurut pandangan sosiolog, agama yang terwujud dalam kehidupan masyarakat adalah fakta sosial. Sebagai suatu fakta sosial, agama dipelajari oleh sosiolog dengan menggunakan pendekatan ilmiah.
Disiplin ilmu yang dipergunakan oleh sosiolog dalam mempelajari masyarakat beragama itu disebut Sosiologi Agama. Pada prinsipnya ilmu ini sama dengan Sosiologi Umum, yang membedakannya adalah obyek materinya.
Sosiologi Umum membicarakan semua fenomena yang ada pada masyarakat umum, sedangkan Sosiologi Agama membicarakan salah satu aspek dari berbagai fenomena sosial, yaitu agama dalam perwujudan sosial.
Seorang ahli Sosiologi Agama di Indonesia, Hendropuspito, menyatakan : “Sosiologi Agama ialah suatu cabang dari Sosiologi Umum yang mempelajari masyarakat agama secara Sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah yang pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.” Untuk memudahkan lebih baiknya kita tampilkan definisi Sosiologi Umum yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara empiris untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seumum-umumnya.
Pengertian itu menjelaskan: apa itu Sosiologi; apa fungsinya; bagaimana cara bekerjanya. Kalau Sosiologi Umum bertugas mencapai hukum kemasyarakatan yang (berdaya laku) seluas mungkin bagi kehidupan masyarakat umumnya; maka Sosiologi Agama bertugas mencapai keterangan-keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya.
Fokus Sosiologi Agama Durkheim adalah fungsi yang dimainkan agama dalam menjembatani ketegangan itu dan dalam menghasilkan solidaritas sosial, menjaga kelangsungan masyarakat ketika dihadapkan pada tantangan yang mengancam kelangsungan hidupnya baik dari suku lain, orang-orang yang menyimpang atau pemberontak dari dalam suku itu sendiri, maupun dari bencana alam.
Agama menyatukan anggota suatu masyarakat melalui deskripsi simbolik umum mengenai kedudukan mereka dalam kosmos, sejarah dan tujuan mereka dalam keteraturan segala sesuatu. Agama juga mensakralkan kekuatan atau hubungan-hubungan yang terbangun dalam suku. Oleh karena itu, agama merupakan sumber keteraturan sosial dan moral, mengikat anggota masyarakat ke dalam suatu proyek sosial bersama, sekumpulan nilai dan tujuan bersama.
Referensi Makalah®
Kepustakaan: D. Hendro Puspito, O. C. Sosiologi Agama, (Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI),Yogyakarta, dan B. P. K. Gunung Mulia, Jakarta, 1983). Hartini, G. Kartasapoetra, Kamus Sosiologi dan Kependudukan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1992). Anthony Giddens dkk., Sosiologi Sejarah dan Berbagai Pemikirannya, Terj. Ninik Rochani Sjams, (Kreasi Wacana, Yogyakarta, 2004). Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Penerbit P. T. Rosda Karya, Bandung, 2000). Daniel L. Pals, Dekonstriksi Kebenaran Kritik Tujuh Teori Agama, Terj. Inyiak Ridwan Muzir, M. Syukri, (IRCiSoD, Yogyakarta, 2001).