Cara Pewahyuan al-Quran Tanpa Perantaraan Malaikat Jibril
Pada: August 11, 2014
Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa cara pewahyuan al-Quran ada dua macam, dan pewahyuan melalui perantaraan malaikat Jibril dan tanpa perantaraan Malaikat Jibril (baca: Perbedaan Pendapat Cara Tuhan Menurunkan al-Quran).
Adapun mengenai cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, yaitu ; Pertama, mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yang artinya ;
Di dalam al-Quran wahyu yang diturunkan ketika beliau dalam keadaan sadar, kecuali bagi banyak orang yang mendakwakan bahwa surat al-Kauśar diturunkan melalui mimpi.
Di antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi nabi dan atau Rasul Allah merupakan cara pewahyuan, ialah mimpi nabi Ibrāhim agar menyembeli anaknya Ismail, sebagaimana diterangkan dalam al-Quran (lihat QS. al-Shaffat: 101-112).
Kedua, wahyu diterima dari balik tabir tanpa melalui perantara, adalah sebagaimana yang terjadi pada nabi Mūsa as. Dalam QS. al-A’rāf (7): 45 Kedua ayat yang disebutkan ini, merupakan dalil dan alasan bahwa wahyu yang diturunkan kepada nabi-Nya adalah dengan cara tanpa perantaraan malaikat.
Cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas terutama pada poin B adalah berlaku umum bagi semua nabi dan rasul Allah.
Sedangkan cara pewahyuan al-Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad saw menurut pada ahli (mufassir) adalah terdiri atas atas tujuh cara, yakni; dengan mimpi, dicampakkan ke dalam jiwa Nabi saw (dihembuskan ke dalam jiwanya) perkataan yang dimaksudkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-Syura (42) ayat 52, wahyu datang kepada Nabi saw seperti gerincingan lonceng, yakni Nabi saw mendengar suara yang sangat kerasnya menyerupai gerincingan lonceng yang keras, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupa seorang laki-laki yang sangat elok rupanya, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli, yang mempunyai enam ratus sayap, Allah swt membicarakan Nabi saw dari belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi saw sadar, sebagaimana yang terjadi pada peristiwa isrā’, ataupun dalam keadaan tidur. Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu al-Quran.
Selain pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, segolongan mufassir menambahkan bahwa adalagi cara pewahyuan yang tidak disebutkan belum disebutkan, yakni Tuhan langsung berbicara dengan Nabi saw langsung tanpa hijab (baca: cara Allah menurunkan al-Quran kepada Nabi saw).
Pendapat ini berdasarkan kepada faham bahwa nabi saw mampu melihat Allah dengan mata kepala.
Referensi Makalah®
*Berbagai Sumber
Adapun mengenai cara pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, yaitu ; Pertama, mimpi yang benar di dalam Tidur, sebagaimana dalam hadis, yang artinya ;
Yahya bin Bukair memberitakan kepada kami, ia berkata dari al-Laiś, dari Uqail, dari Ibn Syihab, dari Urwah bin al-Zubayr, dari Asiyah Umm al-Mu’minīn, ia berkata : Sesunggungnya apa yang mula-mula terjadi bagi Rasulullah saw adalah mimpi yang benar di waktu tidur. Beliau tidaklah melihat mimpi kecuali mimi itu datang bagaikan terangnya pagi hari.Menurut keterangan dari berbagai literatur, ditemukan penjelasan bahwa Nabi saw menerima wahyu dengan cara mimpi, sebagai persiapan baginya untuk menerima wahyu dalam keadaan sadar.
Di dalam al-Quran wahyu yang diturunkan ketika beliau dalam keadaan sadar, kecuali bagi banyak orang yang mendakwakan bahwa surat al-Kauśar diturunkan melalui mimpi.
Di antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi nabi dan atau Rasul Allah merupakan cara pewahyuan, ialah mimpi nabi Ibrāhim agar menyembeli anaknya Ismail, sebagaimana diterangkan dalam al-Quran (lihat QS. al-Shaffat: 101-112).
Kedua, wahyu diterima dari balik tabir tanpa melalui perantara, adalah sebagaimana yang terjadi pada nabi Mūsa as. Dalam QS. al-A’rāf (7): 45 Kedua ayat yang disebutkan ini, merupakan dalil dan alasan bahwa wahyu yang diturunkan kepada nabi-Nya adalah dengan cara tanpa perantaraan malaikat.
Cara pewahyuan al-Quran yang telah disebutkan di atas terutama pada poin B adalah berlaku umum bagi semua nabi dan rasul Allah.
Sedangkan cara pewahyuan al-Quran yang khusus bagi Nabi Muhammad saw menurut pada ahli (mufassir) adalah terdiri atas atas tujuh cara, yakni; dengan mimpi, dicampakkan ke dalam jiwa Nabi saw (dihembuskan ke dalam jiwanya) perkataan yang dimaksudkan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. al-Syura (42) ayat 52, wahyu datang kepada Nabi saw seperti gerincingan lonceng, yakni Nabi saw mendengar suara yang sangat kerasnya menyerupai gerincingan lonceng yang keras, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupa seorang laki-laki yang sangat elok rupanya, Jibril memperlihatkan dirinya kepada Nabi saw dalam rupanya yang asli, yang mempunyai enam ratus sayap, Allah swt membicarakan Nabi saw dari belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi saw sadar, sebagaimana yang terjadi pada peristiwa isrā’, ataupun dalam keadaan tidur. Israfil turun membawa beberapa kalimat dari wahyu, sebelum Jibril datang membawa wahyu al-Quran.
Selain pewahyuan al-Quran tanpa perantaraan malaikat Jibril, segolongan mufassir menambahkan bahwa adalagi cara pewahyuan yang tidak disebutkan belum disebutkan, yakni Tuhan langsung berbicara dengan Nabi saw langsung tanpa hijab (baca: cara Allah menurunkan al-Quran kepada Nabi saw).
Pendapat ini berdasarkan kepada faham bahwa nabi saw mampu melihat Allah dengan mata kepala.
Referensi Makalah®
*Berbagai Sumber